
Jakarta – Pergerakan harga emas memang sempat dipengaruhi oleh berita tentang vaksin produksi Pfizer dan BioNTech. Vaksin ini seperti memberikan harapan baru untuk dunia.
Oleh karena itu investor mulai pergi dari aset safe haven seperti emas. Harga emas ini memang turun, namun masih belum terlalu jauh yakni di kisaran US$ 1.900 per ons dibandingkan harga rekor sebelumnya di kisaran US$ 2.000 per ons. Berikut tiga hal yang pengaruhi naik turun harga emas.
- Stimulus AS
CEO Fosterville South Exploration Bryan Slusarchuk mengatakan stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah AS bisa mendorong kembali harga emas ke level yang lebih tinggi. Hal ini karena investor menggunakan emas sebagai instrumen lindung nilai dari inflasi.
“Penguatan emas masih ada. Orang masih melihat emas sebagai mata uang alternatif,” kata dia dikutip dari CNN, Jumat (13/11/2020).
Baca juga: Stimulus dan Utang AS Membengkak, Harga Emas Siap Bangkit!
- Suku Bunga Rendah
Kepala riset Dewan Emas Dunia Carlos Artigas mengungkapkan lingkungan suku bunga rendah ini tidak akan berubah dalam waktu dekat.
“Obligasi sekarang memberikan pengembalian atau keuntungan yang kecil dan bisa saja tetap dan tidak berubah selama bertahun-tahun. Karena itu investor mencari emas,” jelasnya.
Menurut dia ada juga kemungkinan harga emas kembali turun. Apalagi jika vaksin yang lebih manjur sudah muncul.
Baca juga: Harga Emas Dunia Terus Melemah Imbas Kabar Baik Vaksin Pfizer
- Bisa Tembus Rekor
Analis logam mulia di Gainesville Everett Millman mengungkapkan emas akan tetap menjadi safe haven untuk orang-orang. Kondisi saat ini hanya sementara dan akan segera berakhir.
Dia menyebut jika emas bisa mencapai level tertinggi baru sekitar US$ 2.100 per troy ounce pada tahun depan. Bahkan analis Fosterville South menyebut jika emas bisa mencapai US$ 2.500 per troy ounce.
Sumber: detikFinance
One reply on “3 Hal yang Pengaruhi Naik Turun Harga Emas”
[…] Baca juga: 3 Hal yang Pengaruhi Naik Turun Harga Emas […]