
JAKARTA – Emas tergelincir pada akhir perdagangan Jumat (10/12) pagi WIB, berbalik dari kenaikan dua sesi sebelumnya karena dolar menguat dan data menunjukkan penurunan besar dalam klaim pengangguran AS menjelang laporan inflasi yang dapat mempengaruhi strategi moneter Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, jatuh $8,8 dan ditutup di $1.776,70 per troi ons. Sementara itu, di pasar spot emas turun 0,3% di level $1.776,56 pada pukul 01.50 WIB.
Emas berada di bawah tekanan ketika Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (9/12/2021) bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mingguan AS turun 43.000 menjadi 184.000, level terendah 52 tahun.
Baca juga: Minim Sentimen, Harga Emas Terpantau Stabil
“Angka klaim pengangguran yang lebih kuat dari perkiraan bersama dengan dolar yang lebih kuat menyeret emas lebih rendah, tetapi ada juga pedagang yang menunggu data IHK (Indeks Harga Konsumen),” kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Dolar yang menguat, juga membuat emas kurang menarik bagi pembeli luar negeri.
Pasar juga menunggu data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat dan data Indeks Harga Produsen yang akan dirilis pada Selasa (14/12/2021).
“Jika angka inflasi akan tinggi, maka harga emas akan segera bangkit kembali dan bergerak menuju 1.800 dolar AS,” tambah Haberkorn.
Laporan Indeks Harga Konsumen AS pada Jumat waktu setempat akan diikuti oleh pertemuan kebijakan The Fed pada 14-15 Desember.
Emas telah diperdagangkan dalam kisaran $1.760 – $1.790 yang relatif ketat sejak turun di bawah level psikologis $1.800 pada akhir November, karena investor berusaha untuk mengukur kemungkinan langkah Fed mengurangi stimulus dan menaikkan suku bunga.
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
“Emas dapat melihat tawaran beli baru jika pasar menjadi takut sekali lagi tentang perkembangan terkait pandemi atau peningkatan ketegangan geopolitik antara ekonomi-ekonomi utama,” kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity.
Terlepas dari ketidakpastian yang berkepanjangan atas varian virus corona Omicron, fokus juga pada ketegangan atas Rusia dan sikapnya terhadap Ukraina, boikot diplomatik Olimpiade Beijing oleh beberapa negara Barat dan sanksi AS terhadap Iran.
Sumber: Antara