
Jakarta – Harga emas menguat pada akhir perdagangan Selasa (10/1/2023) pagi WIB dengan memperpanjang keuntungan untuk hari kedua berturut-turut.
Kenaikan ini didorong oleh dolar AS yang lebih lemah di tengah ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve akan lebih lambat.
Adapun kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York terangkat $8,10 (+0,43%) menjadi ditutup pada $1.877,80 per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi di $1.886,40 dan terendah sesi di $1.869,30.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,85% menjadi 103,0010, menyusul penurunan 1,11% di sesi sebelumnya.
Greenback yang lebih lemah membuat harga-harga komoditas berdenominasi dolar menjadi lebih murah bagi para investor pemegang mata uang lainnya.
Baca juga: Resesi di Depan Mata, Harga Emas Dunia Meroket!
Dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal pada Senin (9/1), Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan The Fed dapat meningkatkan suku bunga utamanya sebesar 25 atau 50 basis poin pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 1 Februari.
Lebih lanjut, Daly mencatat bahwa dia yakin suku bunga akan mencapai puncak 5,0% dan tetap di sana untuk menurunkan inflasi menjadi 2,0%.
Inflasi IHK diperkirakan akan turun ke level terendah satu tahun pada Desember, menunjukkan bahwa serangkaian kenaikan suku bunga yang tajam oleh Fed pada 2022 memiliki efek yang diharapkan.
Sumber: Okezone