
Jakarta – Harga emas dunia bergerak naik pada perdagangan pagi ini. Hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) sedikit banyak membawa dampak positif bagi harga sang logam mulia.
Pada Kamis (29/7/2021) pukul 07:14 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.806,78/troy ons. Naik 0,1% dari hari sebelumnya.
Dini hari tadi waktu Indonesia, bank sentral AS (The Federal Reserve) mengumumkan hasil rapat bulanan. Seperti yang sudah diduga, Ketua Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%. The Fed juga tetap mempertahankan besaran pembelian surat berharga (quantitative easing) yaitu US$ 120 miliar per bulan.
Dalam konferensi pers usai rapat, Powell kembali menegaskan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru untuk ‘mencabut saklar’. Meski Powell melihat pemulihan ekonomi AS masih berjalan di jalur yang benar, tetapi dirinya ingin memastikan pasar tenaga kerja bangkit terlebih dulu.
“Saya ingin melihat angka tenaga kerja yang kuat dalam beberapa bulan ke depan sebelum mengurangi besaran pembelian aset,” tegas Powell, seperti dikutip dari Reuters.
Pandemi Covid-19, lanjut Powell, memang menjadi risiko besar bagi perekonomian Negeri Paman Sam. Apalagi kini sudah hadir varian delta yang lebih mudah menular ketimbang sebelumnya. Namun Powell percaya bahwa AS sudah belajar banyak dalam hal penanganan pandemi.
“Virus corona varian delta akan menimbulkan konsekuensi kesehatan yang luar biasa. Namun dari gelombang-gelombang serangan virus corona sebelumnya, terlihat bahwa dampak ekonominya semakin berkurang.
Sepertinya kita sudah belajar dalam menangani pandemi dengan dampak ekonomi yang lebih sedikit. Dengan vaksinasi dan dukungan kebijakan, berbagai indikator ekonomi dan ketenagakerjaan akan terus membaik,” jelas Powell.
Sikap The Fed yang belum memberikan sinyal terang-benderang soal pengetatan kebijakan (tapering) membuat dolar AS kehilangan pegangan. Tanpa kejelasan kapan The Fed bakal mengurangi ‘dosis’ quantitative easing, maka pasokan dolar AS masih akan terus melimpah sehingga harganya menjadi murah.
Pada pukul 07:28 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,07%. Depresiasi mata uang Negeri Adidaya menjadi pendorong kenaikan harga emas.
Ya, dolar AS dan harga emas punya hubungan berbanding terbalik. Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dengan dolar AS.
Saat dolar AS melemah, maka emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas naik, harga pun ikut terungkit.
Emas Masih Bisa Naik Lagi
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan target harga emas saat ini ada di US$ 1.825/troy ons. Sementara level support akan berada di kisaran US$ 1.795-1.801/troy ons.
“Penembusan di level support akan membuat arah harga emas menjadi lebih jelas. Sepertinya tren bullish akan berlanjut jika harga sudah bisa menyentuh US$ 1.810/troy ons,” sebut Wang dalam risetnya.
Namun jika harga malah turun hingga menyentuh US$ 1.795/troy ons, lanjut Wang, maka tren bearish akan dimulai. Harga akan bergerak ke kisaran US$ 1.781-1.785/troy ons. Bahkan bisa mengarah sampai ke US$ 1.760/troy ons.
Akan tetapi, Wang menilai kemungkinan bullish sepertinya lebih besar. Saat ini harga emas sedang berada di gelombang C setelah melewati titik US$ 1.749,2/troy ons. Gelombang ini akan mampu membawa harga ke US$ 1.840-1.897/troy os.
“Bahkan kalau perkiraan ini ternyata tidak terbukti, gelombang C akan terdiri dari tiga tahap. Tahap ketiga sekarang belum terbentuk,” tambah Wang.
Sumber: CNBC