
JAKARTA – Harga emas turun hampir 3 persen pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat, 17 September pagi waktu Jakarta). Sedangkan harga perak pun juga anjlok lebih dari 5 persen.
Pendorong utama penurunan harga emas dan perak ini karena data penjualan ritel AS yang kuat sehingga mendorong kenaikan nilai tukar dolar AS.
Data penjualan ritel ini mendorong ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS atau the Federal Reserve bakal segera menjalankan kebijakan tapering atau pengurangan pembelian aset.
Mengutip CNBC, Jumat (17/9/2021), harga emas di pasar spot turun 2,1 persen menjadi USD 1.755,75 per ounce pada pukul 13.52 EDT, setelah mencapai level terendah lebih dari satu bulan di USD 1.744,30 per ounce.
Sedangkan harga emas berjangka AS turun 2,1 persen ke level USD 1.756,70 per ounce. Terperangkap juga, harga perak turun 4,3 persen ke level USD 22,79.
Baca juga: Berita Buruk: Harga Emas Ambles 2 Persen Lebih!
Bakal Terus Tertekan
Nilai tukar dolar AS melonjak setelah data menunjukkan peningkatan tak terduga dalam penjualan ritel AS pada Agustus. penguatan nilai tukar dolar AS ini Memukul daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya.
“Emas telah mendapat pukulan yang cukup besar dengan kenaikan dolar AS, imbal hasil obligasi, dan data yang lebih kuat,” kata analis senior RJO Futures, Bob Haberkorn.
Haberkorn menambahkan, kecuali ada beberapa peristiwa geopolitik atau kejutan dari Fed, harga emas tidak mungkin berubah menjelang pertemuan bulanan bank sentral AS.
Sumber: Liputan6