
JAKARTA – Meski emas masih menjadi aset favorit, harga emas turun tipis sepanjang bulan Oktober. Harga emas spot ditutup pada US$ 1.878,81 per ons troi, turun tipis 0,37 persen sejak akhir September 2020.
Harga emas masih tercatat menguat 23,83 persen sejak awal tahun. Di akhir tahun lalu, harga emas spot masih berada di US$ 1.517,27 per ons troi.
Emas mencapai harga tertinggi US$ 2.063,54 per ons troi pada 6 Agustus 2020 lalu. Sedangkan harga terendah pada tahun ini adalah US$ 1.471,24 per ons troi yang tercapai pada 19 Maret.
“Harga emas naik tipis di akhir Oktober karena nilai tukar dolar melemah,” kata Tai Wong, head of base and precious metals derivatives trading BMO kepada Reuters.
Wong menambahkan bahwa investor memandang kisaran saat ini sebagai dasar. “Sehingga pembelian emas akan meningkat menjelang pemilihan pekan depan yang mungkin menghasilkan pemerintahan satu partai dan berarti stimulus yang lebih besar dan lebih cepat,” ujar dia.
Baca juga: UPDATE 30 Oktober: Harga Emas Antam Turun Menjadi Rp 992.000
Menjelang pemilu Amerika Serikat (AS) 3 November, Joe Biden memimpin perolehan suara dalam polling nasional. Tapi, negara-negara bagian yang paling kompetitif menunjukkan persaingan ketat dengan Donald Trump.
Kevin Rich, Global Gold Market Advisor The Pert Mint mengatakan bahwa ada banyak kondisi struktural yang akan menyebabkan kenaikan harga emas berlanjut setelah pemilihan, apapun hasilnya.
“Berdasarkan jumlah stimulus fiskal yang dikucurkan di AS dan secara global, serta jumlah utang pemerintah yang terjadi, maka akan ada tekanan terhadap mata uang, termasuk dolar AS,” ujar dia.
Ketika Dolar AS melemah, maka pembelian emas dalam mata uang non-dolar akan lebih murah. Kenaikan harga emas juga masih berpeluang terjadi karena lonjakan kasus virus corona secara global. Beberapa negara Eropa juga memberlakukan lagi lockdown akibat lonjakan kasus ini.
Sumber: Kontan