Categories
Opini

Menakar Potensi Cuan Investasi di 2021: Mulai dari SBN, Emas hingga Properti

BAGIKAN:
Ilustrasi investasi emas dan properti

JAKARTA – The Development Bank of Singapore atau DBS Bank melihat adanya perkembangan positif terhadap investasi pada tahun 2021 ini. Chief Investment Officer DBS Bank Hou Wey Fook menuturkan perkembangan vaksin memberikan harapan bahwa ekonomi global dapat kembali pulih.

Menurut Fook, hal ini terlihat dengan adanya pemulihan dalam pendapatan korporasi, kebijakan stimulus fiskal, serta suku bunga riil yang negatif dapat mendukung pemulihan perekonomian.

“DBS CIO menyarankan masyarakat untuk tetap berinvestasi dengan barbell strategy yang mana berfokus pada dua hal, yaitu pertumbuhan nilai aset dan pendapatan,” tutur Fook, Rabu 6 Januari 2021.

Saham

Dalam sisi pertumbuhan, DBS CIO menyarankan untuk berinvestasi terhadap perusahaan Inovator, Pembaharu (Disruptor), Pembuka Kesempatan (Enabler), dan Penyadur (Adapter) atau IDEA.

Dalam waktu yang bersamaan, ujar Fook, pertumbuhan positif juga terjadi pada perusahaan “vaccine winners”, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, properti Asia, perbankan global dan saham energi.

Obligasi

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana melihat tren positif obligasi masih berlanjut pada tahun ini, terutama untuk beberapa industri yang sudah mulai pulih. Namun, kata dia, rentang waktu pemulihan masing-masing emiten akan berbeda-beda, terutama yang berhubungan dengan perilaku masyarakat seperti pariwisata atau properti.

“Beberapa industri healthcare, farmasi, telekomunikasi, perbankan, otomotif, hingga komoditas sepertinya sudah kembali pada kondisi sebelum Covid-19 atau bahkan lebih baik,” tutur Fikri.

Surat Berharga Negara (SBN)

Menurut Fikri, obligasi merupakan salah satu pilihan masyarakat karena dinilai sebagai investasi yang paling aman. Meski sudah ada pemulihan ekonomi, Fikri mengatakan obligasi masih tetap diminati karena pemulihan ekonomi masih memerlukan waktu. Ia berujar Surat Berharga Negara (SBN) masih akan diminati sebagai risk averse atau menjauhi risiko, baik investor domestik atau global.

“Aset-aset non risk seperti obligasi dianggap punya prospek lebih baik dan aman, terlebih jika dibandingkan dengan saham yang culturenya adalah kepemilikan dan riskan untuk out perform,” ujar Fikri. Adapun untuk yield SUN tenor 10 tahun, Fikri memprediksi akan berada di rentang 5,4 persen hingga 5,7 persen.

Emas

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono berujar emas masih menjadi primadona dalam berinvestasi pada 2021. Walau sempat mengalami koreksi pada akhir tahun, bahkan sempat berada di level US$ 1.700-an per ons troi, Wahyu berujar nilai tersebut masih dalam level konsolidasi emas karena sudah sempat terbang sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan optimisme pasar akibat ditemukannya vaksin dan proses pemulihan ekonomi global.

“Walau tertatih dan sempat turun di bawah 1.800 per ons troi, jelas dan meyakinkan bahwa masih masih akan menguat dalam medium dan long term. Pada hari pertama trading 2021, emas pun kembali menguat signifikan di atas 1.900 per ons troi,” ujar Wahyu.

Baca juga: Harga Emas Berada di Jalur Terbaik dalam 10 Tahun

Bursa Komoditas

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah pun juga melihat bursa komoditas akan moncer tahun ini. Selama lima tahun terakhir, pergerakan perdagangan bursa komoditas dalam tren penurunan. Namun sejak akhir 2020, Piter melihat sejumlah harga komoditas mengalami perbaikan, seperti batu bara, nikel, minyak sawit mentah, hingga emas.

“Perkiraan saya harga komoditas akan bergerak cukup tinggi pada tahun ini. Pemicunya misalnya lonjakan permintaan batubara termal atau pembatasan ekspor nikel,” ujar Piter.

Hal senada, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan bursa komoditas cukup menarik karena karena tren harga komoditas yang dalam kondisi menanjak atau uptrend. “Ini juga akan menghasilkan potensi keuntungan di komoditi,” kata Sukarno.

Properti

Director Capital Markets & Investment Services Colliers International Indonesia Steve Atherton berujar mengatakan investor masih berhati-hati dan lebih selektif untuk berinvestasi di sektor properti, khususnya bagi investor asing.

Properti yang masih berpeluang tumbuh adalah sektor rumah tapak dengan harga terjangkau, sektor logistik dan data center, dan perhotelan. “Itu akan menjadi salah satu target utama bagi investor, khususnya investor asing,” tutur Steve.

Sumber: Tempo

BAGIKAN:

2 replies on “Menakar Potensi Cuan Investasi di 2021: Mulai dari SBN, Emas hingga Properti”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *