
JAKARTA – Harga emas dunia melemah sepanjang minggu lalu. Kira-kira bagaimana prospek harga sang logam mulia? Apakah ada harapan bisa naik lagi?
Minggu lalu, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,26% secara point-to-point. Dalam sebulan terakhir, harga terkoreksi 2,29%. Sementara sejak akhir 2020 (year-to-date), terjadi penurunan 7,74%.
Mengutip Refinitiv, sepertinya harga emas masih akan bergerak konsolidatif sepanjang pekan ini. Titik support diperkirakan di US$ 1.721/troy ons dan resistance US$ 1.776/troy ons.
Dolar Berjaya, Emas Sengsara
Prospek harga emas memang masih samar-samar. Penguatan harga komoditas ini akan tertahan oleh tren apresiasi nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 0,64%.
Harga emas dan dolar AS punya hubungan berbanding terbalik. Saat dolar AS perkasa, maka harga emas akan tertekan.
Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Kala dolar AS mengalami apresiasi, emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.
Penyokong keperkasaan dolar AS adalah dinamika arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve. Dalam rapat pekan lalu, Komite Pembuat Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan ultra rendah 0-0,25%.
Akan tetapi, ada indikasi bahwa The Fed bakal menaikkan Federal Funds Rate lebih cepat yaitu 2022 alias tahun depan. Bukan 2023 seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Berdasarkan dotplot terbaru, enam anggota FOMC menilai suku bunga acuan sudah bisa naik ke 0,25-0,5% pada 2022. Sementara tiga anggota lainnya lebih agresif lagi, bisa naik sampai 0,5-0,75%.
Dalam rapat FOMC edisi Juni 2021, jumlah anggot FOMC yang menginginkan Federal Funds Rate naik pada 2022 masih lebih sedikit dari itu. Ada lima anggota yang ingin suku bunga naik ke 0,25-0,5% pada 2022, dan hanya dua yang agresif dengan kenaikan 0,5-0,75%.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongrak imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS, terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Benar saja, sepanjang minggu lalu, imbal hasil (yield) oblligasi pemerintah AS melonjak 14,02 basis poin (bps).
Emas adalah aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset). Saat suku bunga tinggi, berinvestasi di aset tanpa imbal hasil menjadi tidak menarik karena tidak menawarkan bunga.
“Jadi saat suku bunga naik, yield naik, itu yang menarik harga emas ke bawah,” ujar Daniel Ghali, Commodity Strategist di TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Sumber: CNBC
One reply on “Ramalan Harga Emas Minggu Ini: Masih Kurang Gairah”
[…] Baca juga: Ramalan Harga Emas Minggu Ini: Masih Kurang Gairah […]